Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Andalusia; Tangisan Sultan Terakhir di Bumi Eropa


Tangisan Sultan Terakhir di Bumi Eropa

Dilihat dari katanya, Andalusia (dalam bahasa Spanyol disebut Andalucía) merupakan sebuah komunitas otonomi Spanyol. Andalusia adalah wilayah otonomi paling padat penduduknya dan kedua terbesar dari 17 wilayah yang membentuk Spanyol. Ibu kotanya adalah Sevilla.

Wilayah Andalusia terletak di Semenanjung Iberia bagian selatan, di sebelah utara dibatasi oleh komunitas otonom Extremadura dan Castilla-La Mancha; di sebelah timur oleh komunitas otonom Murcia dan Laut Mediterania; di sebelah barat oleh Portugal dan Samudra Atlantik; di sebelah selatan oleh Laut Mediterania dan Selat Gibraltar di mana memisahkan Spanyol dengan Maroko. Juga di selatan berbatasan dengan Gibraltar, koloni Britania Raya.

Nama Andalusia berasal dari nama bahasa Arab “al-Andalus”, merujuk pada bagian dari jazirah Iberia yang dulunya berada di bawah pemerintahan Muslim. Sejarah Islam Spanyol dapat ditemukan di pintu masuk al-Andalus. Tartessos, ibu kota dari Peradaban Tartessos yang dulunya besar dan berkuasa, terletak di Andalusia, dan dikenal di dalam Alkitab dengan nama Tarsus. Lebih banyak informasi tentang wilayah ini dapat ditemukan dalam entri Hispania Baetica, nama provinsi Romawi yang dahulu terletak di wilayah ini.

Budaya Andalusia sangat dipengaruhi oleh pemerintahan Muslim di wilayah itu selama delapan abad, yang berakhir pada 1492 dengan penaklukan kembali atas Granada oleh raja dan ratu Katolik.

Bahasa Spanyol yang digunakan di benua Amerika pada umumnya merupakan turunan dari dialek Andalusia dari Spanyol Castilian karena peranan yang dimainkan oleh Sevilla sebagai pintu gerbang ke wilayah-wilayah Spanyol di Amerika pada abad ke- 16 dan 17.

Andalusia terkenal karena arsitektur Moor-nya. Monumen-monumen yang sangat masyhur di Andalusia antara lain adalah Alhambra di Granada, Mezquita di Córdoba dan menara Torre del Oro dan Giralda di Sevilla dan Reales Alcázares di Sevilla. Sisa-sisa penggalian arkeologis termasuk Medina Azahara, dekat Córdoba dan Itálica, dekat Sevilla.

Tersebutlah pada tanggal 2 Januari 1492 M, denyut nadi peradaban Islam di Andalusia berhenti berdetak sudah. Penguasa terakhir Granada, Abu Abdillah Muhammad bin al-Ahmar ash-Shaghir (Muhammad XII) kalah dan memutuskan untuk menyerah.

Dia menandatangani kesepakatan untuk menyerahkan kekuasaannya kepada kerajaan katholik Spanyol. Kunci gerbang kota Granada dan Istana Alhambra diserahkan ke pihak musuh.

Raja Ferdinand dan Ratu Isabella, dua pasangan penguasa Spanyol lalu memasuki Granada dan menginjakkan kaki mereka di Istana Alhambra yang megah. Mereka sangat kagum dengan keindahan dan kemegahan istana yang sekarang menjadi milik mereka. Simbol-simbol Islam di istana diganti dengan simbol agama Kristen. Masjid diubah menjadi Gereja.

Abu Abdillah memilih pergi dan angkat kaki dari Granada, menuju Afrika Utara. Di perjalanannya menuju Afrika, di sebuah bukit, ia berhenti sejenak. Sambil menitikan air mata, diamatinya dari kejauhan pemandangan kota Granada untuk terakhir kalinya.

Sang Ibu, Aisyah berkata padanya, "Menangislah, menangislah seperti wanita, atas apa yang tak bisa kau pertahankan selayaknya laki-laki". Bukit tempat Abu Abdillah menangis lalu diberi nama Puerto del Suspiro del Moro oleh orang Spanyol, yang artinya, Bukit Tangisan Orang Arab Terakhir.

Andalusia, negeri yang indah nan menawan berada dibawah kekuasaan Islam selama kurang lebih 800 tahun. Dimulai pada tahun 92 H atau 711 M ketika panglima Thariq bin Ziyad berhasil menakhlukkannya.

Kota-kota modern Spanyol saat ini seperti Barcelona, Madrid, Valencia, Sevilla, Granada, Cordova, dan Malaga, pernah dihuni oleh kaum Muslim dibawah pemerintahan Islam. Kota-kotanya menjadi pusat ilmu pengetahuan dengan buku dan perpustakaan yang melimpah. Ulama-ulamanya menguasai ilmu agama juga ahli di bidang sains, teknik, kedokteran dan lainnya.

Mesjidnya berdiri megah, istananya begitu mewah, dan taman-taman yang cantik nan mempesona. Namun, keindahan itu semuanaya berubah pada tanggal 2 Rabiul Awal 897 H yang bertepatan dengan 2 Januari 1492 M. Kaum Muslim dikalahkan Inggris, dipaksa murtad, serta disiksa sampai tak berdaya. Hingga akhirnya mereka semua diusir dan pergi meninggalkan Andalusia hingga tak tersisa.

Andalusia menangis, meratap dan berpamitan untuk pergi entah berapa lama. Jangan biarkan Palestina menjadi Andalusia kedua.


Posting Komentar untuk "Andalusia; Tangisan Sultan Terakhir di Bumi Eropa"