Al-Ashma’i dan Kisah Kesabaran Seorang Wanita
Suatu ketika, seorang perdana menteri khalifah Harun al-Rasyid, al-Ashma’i pergi berburu dengan beberapa orang sahabatnya. Karena terlalu asyik mengejar hewan buruannya, ia justru terpisah dengan rombongan para sahabatnya dan tersesat di tengah padang pasir yang tandus, lantaran hewan yang diburunya cukup lincah berlari menjauhi kawanannya. Karena al-Ashma’i terus mengejarnya, ia pun kehilangan jejak buruannya, lebih parahnya lagi ia kehilangan jejak para sahabatnya.
Ketika matahari tepat berada di atas ubun-ubunnya, barulah dahaga terasa mencekiknya. Dari kejauhan, matanya tertuju pada sebuah kemah. Ia mencoba mengucek kedua matanya, mungkin pandangan matanya hanya menyiratkan fatamorgana belaka. Ya, memang sebuah kemah adanya. Ia pun memacu kudanya ke arah kemah tersebut. Sesampainya disana, ia bertemu dengan si empunya kemah, yang ternyata adalah seorang wanita muda nan cantik jelita.
Karena kehausan, al-Ashma’i meminta air kepada wanita muda itu. Lalu sang wanita berkata, “ada sedikit air, tapi aku persiapkan hanya untuk suamiku. Namun masih ada sedikit air dari minumanku, kalau kamu mau, ambillah”.
Tak lama setelah al-Ashma’i meminum air pemberian si wanita jelita itu, tiba-tiba wajahnya tampak sumringah. Dari kejauhan terlihat kepulan debu dari derap kaki kuda.
“Suamiku telah datang”, ucap wanita itu.
Wanita itu bergegas kembali ke dalam kemah, sedang al-Ashma’i hanya melihat si wanita cantik itu menyiapkan minum dan kain pembersih. Eh ternyata, suami dari si wanita itu adalah lelaki tua yang bertampang jelek dan menakutkan. Dan tidak hanya itu, melihat sang istri yang memberikan minum kepada tamu asingnya, ia pun tak henti-hentinya menghardik sang istri dengan kata-kata kotor. Lalu al-Ashma’i berusaha menenangkan laki-laki tua itu. Namun, laki-laki itu tak memperdulikannya, malah ia pergi melangkah ke dalam kemah untuk beristirahat, karena kelelahan berkuda.
Sedari tadi wanita jelita itu hanya diam membisu, tanpa menyahuti kata-kata kasar suaminya. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Sebagai gantinya, wanita itu malah membersihkan kaki suaminya, lalu menyerahkan minuman dengan penuh rasa ta'dhim dan menuntunnya dengan penuh kelembutan ke dalam kemah.
Setelah lelaki tua itu benar-benar telah tidur pulas, al-Ashma’i mohon izin kepada wanita itu untuk kembali mencari jejak sahabatnya, agar bisa menemukan jalan pulang. Dan sebelum beranjak, ia bertanya pada wanita itu, “Kamu masih muda, cantik, dan sangat setia terhadap suami. Jarang sekali aku menemukan wanita seperti dirimu. Mengapa kamu korbankan dirimu hanya untuk melayani lelaki tua yang berakhlak buruk itu?”.
Wanita itu terdiam sejenak. Kemudian memberikan jawaban yang sungguh mengejutkan al-Ashma’i. Tak pernah disangka sebelumnya, sang wanita menjawab, “Rasulullah bersabda bahwa agama itu terdiri dari dua bagian; syukur dan sabar. Aku bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadaku kemudaan, kecantikan, dan perlindungan. Allah telah membimbingku untuk selalu mengingat itu. Aku telah melaksanakan setengah agamaku. Karena itu, aku ingin melengkapi agamaku dengan melaksanakan setengahnya lagi, yakni bersabar (menanggung kedhaliman suaminya).
Sungguh mulianya perempuan itu, lihatlah Allah SWT menyediakan tiga pahala bagi mereka yang bersabar: kesejahteraan di dunia akhirat, rahmat dan kasih sayang Allah, dan petunjuk dalam menghadapi berbagai kesulitan yang dihadapinya.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS Al Baqarah :155-157).
Subhanallah, seandainya aku seorang wanita, belum tentu aku bisa mendapatkan kesabaran seperti itu. Wallahu ‘Alam, semoga bertambah kesabaran kita. Amiin ya Rabb.
Referensi: Syaikh Ahmad bin Syaikh Hijazi, Syarh al-Majalisus Tsaniyah, hal. 8.
Posting Komentar untuk "Al-Ashma’i dan Kisah Kesabaran Seorang Wanita"